Ikhlas dan Mistis

“Banyak jin ya di kantor ini… Apalagi, di sini!”

Ucapan spontan dari mulut sang pembicara menimbulkan kegaduhan hadirin. Ada yang tak percaya, setengah percaya, dan percaya.

Pagi itu, saya dan teman-teman kerja berkumpul di ruang rapat lantai bawah (basement). Ada materi tentang keikhlasan yang akan dibagikan kepada kami.

Sang pembicara merupakan ahli matematika. Beliau terkenal sebagai pemilik lembaga pendidikan yang memungut bayaran ‘seikhlasnya’. Di lembaga tersebut, para siswa bisa belajar apa pun, seperti matematika, bahasa Inggris, bahasa Arab, dan teknologi informasi. Bayarnya semampunya dan seikhlasnya.

“Jadi, mau cerita mistik atau ikhlas?” celetuk pelan seorang teman yang menganggap sang pembicara tidak fokus pada materi.

“Dua-duanya,” kata saya teringat makna kata tersebut. Kata mistik (kata benda, sedangkan mistis itu kata sifatnya) kalau menurut kamus punya dua makna.

  1. subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan; tasawuf; suluk.
  2.  hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa.

Cara pembuka yang mencairkan suasana untuk meraih perhatian hadirin. Mereka jadi lupa kalau bapaknya datang terlambat hingga sejam. Meski begitu, kami tetap setia menunggu.

Bapak yang mengaku sudah mencapai tahap suprarasional ini melanjutkan pemaparan teorinya tentang keikhlasan dengan rumus matematika. Nah lhoo… Siapa yang suka matematika? Hayooo… acungkan tangan.

Kira-kira begini petikan teorinya. Dalam grafik kehidupan manusia, harus ada keseimbangan, baik garis vertikal maupun garis horizontal agar muncul garis tengah di antara keduanya yang tak disangka-sangka. Dia pun mengaitkan teorinya dengan ayat-ayat Alquran. Tidak lupa dia membagi kisah pengalamannya.

Saya mendengarkan dan mendapatkan pencerahan setelah bertanya kepada bapak itu. Tanpa disadari, ia telah memberi saya solusi saat membeberkan sebuah contoh. Lumayan juga usaha bangun pagi saya justru berfaedah.

Sebagai manusia yang memilih satu agama sebagai panduan dalam perjalanan hidup, saya masih harus banyak belajar. Bekal untuk perjalanan di dunia selanjutnya harus dipersiapkan. Saya pikir, teorinya masuk akal karena pada dasarnya, saya dan teman-teman yang saya ajak diskusi pernah mempraktikkannya.

Selesai acara, orang-orang justru lebih banyak membicarakan cerita hantu-hantuan. Bukan tentang ikhlas yang kemudian hanya menjadi guyonan. Berbaik sangka saja kalau mereka sudah mengerti materi keikhlasan yang disampaikan 🙂

Saya mau takmau ikut menguping pembicaraan mereka karena penasaran. Temanya hantu di kantor. Kalau tahu bentuk kantor saya, tampak luar saja sudah memberi kesan seram. Berdasarkan keterangan para saksi, orang yang biasanya sering diisengi penunggu kantor takwujud itu adalah orang baru.

Kisah terhangat ketika pada jam dua pagi, teman-teman kantor memesan ayam goreng dengan 11 bumbu rahasia via layanan pesan-antar. Dering telepon kantor beberapa kali membuyarkan konsentrasi teman-teman yang sedang bekerja, saat diangkat takada suara. Telepon iseng.

Hampir sejam, perut mereka sudah keroncongan karena petugas pengantar ayam belum juga tiba. Ternyata setelah ditelepon, dia malah menunggu di pos keamanan. Dia tidak berani naik ke lantai tiga karena baru sampai lantai dua, dia merasakan kengerian dan keangkeran yang tidak sanggup ia ungkapkan. Dia pun lari dan balik lagi ke pos. Saat ditemui teman-teman, dia mengaku ketakutan.

“Lihat wajahnya, aku jadi gak tega marahin. Kasihan pucat kayak ketakutan gitu. Keringetan terus dia bilang gak berani kalau harus mengantar ke lantai atas lagi,” kata teman saya saat kami mengobrol di parkiran.

Beberapa hari yang lalu, saya mengerjakan tugas sambil menunggu hujan reda. Di ruangan, masih banyak rekan yang bekerja karena ada tenggat proyek. Malam itu, hujan masih deras dan waktu menunjukkan hampir tengah malam. Saya hendak pulang dan ke luar ruangan. Di depan papan pengumuman, saya berhenti lalu berjalan menuruni tangga, tersadar ada wangi melati menyerbak. Hmm… harum, segar juga. Saya takmau berpikir macam-macam. Dua orang teman menyusul turun, saya tanyai. Mereka juga menghirup harumnya kembang yang tak biasa. Yang kemudian malah dikaitkan dengan kisah mistis lainnya di kantor. Saya tidak terlalu menyimak.

Keesokan harinya, saya mampir ke ruangan sekretaris.

“Mba, siapa sih yang ganti pengharum ruangan di dekat ruangan merokok?”tanya saya penasaran.

“Bagian umum. Kenapa? Wangi ya?”

“Iya, lain kali wangi vanila, lavender, atau cheese cake. Ini malah wangi melati, tapi cuma pas tengah malam wanginya,” kata saya.

Mba sekretaris malah tertawa. Saya ngeloyor pergi setelah mengambil segelas minuman kemasan. Saya jadi terpikir untuk menemui rekan bagian umum dan menyarankan pengharum melatinya ditaruh di toilet, tapi toilet cowok saja.

Sebenarnya, kisah mistis yang saya dengar dan alami juga ada. Percaya atau tidak, terserah.

Kalau saya? Percaya. Percaya kalau ada makhluk lain seperti malaikat dan jin. Selama jinnya tidak mengganggu, ya biarkan saja. Tapi, kalau ditemui izrail, keder juga hahaha… Ya sudah, mau tak mau harus ikhlas juga. Laailaahaillallah….

Leave a comment