Daftar bacaan Februari

 

Daftar buku yang akan saya baca pada bulan Februari ini.

1.       “The Architecture of Love” karya Ika Natasha

Buku ini direkomendasikan teman kantor untuk saya pinjam dan baca. Saya sempat membaca acak. Terlihat kekuatan si pengarang dalam menghidupkan karakter tokoh serta detail pendeskripsian latar yang cukup menonjol.

2.       “Siddhartha” karya Herman Hesse

Buku kedua yang saya baca setelah “Demian” yang versi bahasa Indonesia. Saya mendapatkan “Demian” versi bahasa Inggrisnya dari teman. Itu pun setelah saya diminta untuk menonton cuplikan beberapa BTS mv dan menjelaskan kaitannya dengan novel “Demian” kepadanya. Sebenarnya, dia akan mengerti jika sudah membaca “Demian” hingga tamat.

3.       “Pengantar Psikologi Umum” karya Sarlito W. Sarwono

Bacaan paling dasar untuk memahami psikologi. Saya membelinya karena nama pengarangnya. Beliau merupakan psikolog sosial sekaligus psikolog klinis. Buku ini dikemas dengan bahasa yang ringan agar ilmu tentang psikologi mudah dipahami. Jadi, saya akan membacanya.

Keinginan untuk membaca buku-buku tersebut harus bersaing dengan kegemaran membaca komik di webtoon. Makin susah membuat prioritas.

Sastra dalam Video Klip BTS

I wanted only to try to live in accord with

the promptings which came from my true self.

Why was that so very difficult?

–Hesse

 

%eb%b0%a9%ed%83%84%ec%86%8c%eb%85%84%eb%8b%a8-bts-%ed%94%bc-%eb%95%80-%eb%88%88%eb%ac%bc-blood-sweat-tears-mv-youtube
Cuplikan Blood Sweat And Tears MV- BTS/Youtube

 

Beberapa hari yang lalu, saya iseng membaca soompi.com. Ada artikel mengenai kehebohan video klip yang baru diluncurkan oleh BTS atau Bangtan Boys. Belum lagi obrolan yang saya dengar tentang BTS di kalangan teman dan saudara yang menyukai musik dari Suga, V, Rap Monster, Jungkookkie, J-Hope, Jin, dan Jimin. (Tuh kan… jadi hapal).

Konon kabarnya, video klip ini terinspirasi dari “Demian” karya Herman Hesse. Sebelum peluncuran perdana video yang berjudul Blood Sweat and Tears ini, Big Hit selaku manajemen yang menaungi BTS memberikan beberapa bocoran berupa film pendek yang diunggah di Youtube.

Angka penonton video klip Blood Sweat and Tears terus melejit  sejak kemunculannya. Padahal, lagu tersebut baru saja dirilis pada 7 Oktober lalu. Selain menarik dari segi musik dan koreografi, BTS juga menyajikan konsep novel ke dalam video klip. Ada kata-kata dalam bahasa Inggris yang diucapkan anggota BTS, Rapmonster, yang berasal dari kutipan dalam novel “Demian”. Novel tersebut mengisahkan kehidupan seorang anak muda dalam mencari jati diri. Kemungkinan “Demian”  merefleksikan konsep album terbaru ‘WINGS’ yang mereka luncurkan.

Army, sebutan fans BTS, pun berlomba-lomba mencari “Demian”. Kemisteriusan video klip BTS ini membuat para Army di seluruh dunia membahasnya dalam banyak forum. Sejak dikaitkan dengan novel kelima karya sastrawan Jerman itu, banyak dari fans yang penasaran. Mereka merekonstruksi ulang karya sastra dan mempertanyakan alur kisah dalam video klip BTS, termasuk film pendeknya.

Membaca sastra dunia bagi anak muda di Korea Selatan mungkin tidak asing. Di sana, pelajaran bahasa Jerman dan bahasa Prancis menjadi pelajaran khusus saat  mereka di bangku sekolah. Kosakata dalam bahasa Prancis terkadang disisipkan dalam lagu-lagu K-Pop yang ngehits. BTS menarasikan karya Hesse dalam bahasa Inggris di video klipnya. Mengapa tidak menggunakan versi yang bahasa Jermannya, ya?

Secara konsep musik dan grup, BTS benar-benar dipersiapkan matang oleh Big Hit. Manajemen tersebut cukup fokus untuk memoles BTS. Dalam tempo singkat, grup tersebut mencapai rookie of the year. BTS  membuat perubahan, dengan menumbuhkan minat literasi lewat album terbaru mereka.

Perubahan positif ini tentu menambah pengetahuan baru dalam menikmati musik Kpop, yang tak melulu menyajikan tari dan lagu. Pengetahuan baru bagi kalangan muda untuk mau membaca karya sastra dunia, sekaligus menularkannya dalam bentuk hasil analisis karya. Mereka, para Army, menjadi kritikus muda dalam seni kontemporer.

Konsep sastra yang dituangkan dalam bentuk seni yang lain, terutama musik, cukup mengesankan. Jadi teringat konsep sastra yang disisipkan dalam sebuah film yang “anak muda banget” di Indonesia. Film Ada Apa Dengan Cinta?  yang muncul tahun 2002, membuat banyak anak muda yang kemudian menggali sastra Indonesia. Ada kehadiran Chairil Anwar dengan “Aku”-nya Sjuman Djaya, ada musikalisasi puisi, dan tentu saja jalan cerita yang segar karena tokoh utama menyukai sastra. Bahkan, kehadiran film tersebut memberi inspirasi para anak muda untuk masuk fakultas sastra di universitas.

Jadi, sudah ada yang baca “Demian”?

*catatan tambahan.

Saya sudah membaca “Demian” dalam tempo yang cepat (ini ukuran saya lho). Hanya dua hari selesai untuk bacaan yang dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. Ada jeda beberapa kali saat membacanya karena kesibukan. Padahal, saya pikir akan membacanya cukup lama. Ekspektasi itu meleset. Ternyata bahasa dan isinya membuat saya menikmati setiap lembarnya. Sebelumnya, saya pernah membaca novel terjemahan yang buruk dari penerbit terkenal. Buku itu kemudian saya hibahkan kepada orang lain karena merusak imajinasi. Nilai rasa sastranya menjadi berkurang.